Pasangan Bima-Mujab: Calon Pemimpin Muda Tegal Tanpa Mahar Politik di Pilkada 2024

Pasangan Bima-Mujab: Calon Pemimpin Muda Tegal Tanpa Mahar Politik di Pilkada 2024


Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Tegal tahun 2024, pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Bima Eka Sakti dan Muhammad Syaeful Mujab, mencuri perhatian publik. Kehadiran pasangan ini memecah dominasi Pilkada yang sebelumnya hanya memiliki satu pasangan calon, menjadikan kompetisi lebih dinamis. Pasangan Bima-Mujab menjadi sorotan bukan hanya karena usia mereka yang masih muda, tetapi juga karena mereka bukan dari keluarga politisi dan diusung tanpa mahar politik, alias nol rupiah.

Kemunculan pasangan ini dianggap sebagai upaya PDIP untuk memperkenalkan calon pemimpin muda yang potensial dan memiliki komitmen kuat terhadap pelayanan publik.

Profil Bima Eka Sakti

Bima Eka Sakti pria berusia 32 tahun, merupakan seorang PNS dengan pengalaman yang cukup luas di birokrasi pemerintahan Provinsi Jawa Tengah. Sebagai alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Bima memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai untuk memahami dan mengelola pemerintahan daerah. Keputusannya untuk meninggalkan karier sebagai PNS dan beralih ke dunia politik mencerminkan tekadnya untuk mengabdikan diri kepada masyarakat Kabupaten Tegal, bukan hanya sebagai pelayan birokrasi, tetapi juga sebagai pemimpin yang mampu membawa perubahan.

Keputusan Bima untuk terjun ke dunia politik dan meninggalkan status PNS, menunjukkan tingkat keberanian dan komitmen yang tinggi. Langkah ini mungkin tidak mudah, mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi dalam dunia politik penuh dengan dinamika dan ketidakpastian. Namun, bagi BimaSakti, politik bukan sekadar tentang kekuasaan, tetapi tentang bagaimana membuat dampak positif yang lebih luas bagi masyarakat yang ia layani.

Sementara itu, dari perspektif sosial, pasangan Bima-Mujab juga menarik perhatian karena mereka bukan berasal dari keluarga politisi, yang sering kali mendominasi panggung politik lokal.

Ini memberi mereka citra sebagai calon pemimpin yang lebih dekat dengan rakyat, bebas dari beban warisan politik, dan lebih fokus pada pelayanan publik yang tulus. Dengan diusung tanpa mahar politik, pasangan ini semakin memperkuat posisi mereka sebagai representasi plitik yang bersih dan berintegritas, sesuatu yang sangat dihargai oleh masyarakat yang sering kali skeptis terhadap praktik-praktik korup dalam politik.

Bima-Mujab sebagai pasangan calon yang muda dan segar dapat dilihat sebagai langkah PDIP untuk menarik dukungan dari kalangan pemilih muda dan mereka yang menginginkan perubahan dalam tata kelola pemerintahan daerah. Usia muda mereka bukan hanya soal angka, tetapi juga mencerminkan semangat inovasi dan keberanian untuk mencoba pendekatan baru dalam pemerintahan.

Sebagai seorang politisi muda, Bima Sakti mengaku telah mengenal ideologi Marhaenisme sejak tahun 2016. Ia merasa bersyukur bisa mendapatkan rekomendasi dari PDIP, parpol yang menganut ideologi tersebut. Bima juga mengaku banyak belajar dari Ganjar Pranowo, mantan Gubernur Jawa Tengah, terutama mengenai pentingnya program digitalisasi dalam pelayanan publik.

Bima yang juga seorang musisi dan pegiat media sosial, melihat politik sebagai pintu masuk untuk mewujudkan Kabupaten Tegal yang lebih maju dan sejahtera. Ia berkomitmen untuk membawa perubahan nyata melalui program-program yang memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan publik dan menyampaikan keluhan atau saran. Menurutnya, banyak hal yang masih perlu dibenahi di Kabupaten Tegal untuk mencapai kesejahteraan yang merata.

Profil Muhammad Syaeful Mujab

Syaeful Mujab, calon wakil bupati berusia 29 tahun, dari latar belakang yang berbeda. Dibandingkan dengan Bima yang tumbuh dalam keluarga PNS, Mujab berasal dari keluarga miskin yang mengandalkan bantuan sosial untuk bertahan hidup. Kehidupan Mujab yang penuh perjuangan membentuk karakter dan tekadnya untuk memperjuangkan kebijakan yang berpihak pada masyarakat miskin dan rentan.

Kisah hidup Mujab mencerminkan realitas banyak keluarga di Indonesia. Ia dibesarkan oleh seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri untuk menghidupi keluarganya. Pengalaman hidup dalam keterbatasan, seperti harus antre untuk mendapatkan beras miskin (raskin) dan bantuan langsung tunai (BLT), memberikan Mujab pemahaman mendalam tentang kebutuhan masyarakat miskin.

Meskipun berasal keluarga prasejahtera, Mujab menunjukkan tekad yang kuat untuk mengubah nasibnya. Ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi, pertama di Universitas Indonesia (UI) dalam bidang Ilmu Politik, dan kemudian melanjutkan studi S2 di London School of Economics and Political Science (LSE) di Inggris. Pendidikan ini memberinya perspektif global tentang pembangunan dan kebijakan publik yang efektif.

Sementara itu, Syaeful Mujab dengan latar belakangnya sebagai anak dari keluarga miskin, memiliki visi yang jelas untuk memperjuangkan kelompok masyarakat yang kurang beruntung. Mujab mengaku dekat dengan ibunya, yang menjadi TKI untuk menghidupi keluarganya. Pesan ibunya agar ia memperhatikan nasib ibu-ibu dan keluarga yang bernasib sama menjadi salah satu motivasi utama Mujab dalam berpolitik.

Mujab juga merupakan sosok yang aktif dalam organisasi kepemudaan. Sebagai co-founder dari organisasi pemuda Generasi Perintis, Mujab telah terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan anak muda dan mendorong mereka untuk berkontribusi dalam pembangunan. Pengalamannya sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin muda yang memiliki visi dan misi yang jelas untuk kemajuan masyarakat.

Prestasi Mujab sebagai pemenang Abang-None Jakarta tahun 2018 menambah daftar panjang pencapaiannya. Ia menggunakan platform tersebut untuk memperluas jejaring dan meningkatkan pengaruhnya dalam dunia politik. Pengalaman ini juga membantunya memahami lebih baik dinamika sosial dan budaya yang ada di masyarakat.

Calon Bupati Tegal Tanpa Mahar

Pasangan Bima Sakti – Muhammad Mujab menyatakan bahwa mereka diusung oleh PDIP tanpa mengeluarkan mahar politik sepeser pun. Hal ini disampaikan oleh Mujab setelah mengikuti tes kesehatan di RSUP dr. Kariadi, Semarang. Bagi mereka, politik bersih dan berbasis ideologi untuk kepentingan rakyat masih mungkin dijalankan di tengah arus politik sering kali dipenuhi dengan praktik pragmatisme dan kepentingan pribadi.

Kini, dengan pengalaman dan pendidikan yang ia miliki, Mujab bertekad untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat Kabupaten Tegal. Ia menyadari bahwa hajat hidup orang banyak, termasuk bantuan untuk orang miskin seperti yang pernah ia rasakan, ditentukan oleh kebijakan politik. Oleh karena itu, Mujab berkomitmen untuk memastikan bahwa kebijakan yang dibuat akan berdampak positif dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pasangan Bima-Mujab percaya bahwa dengan pendekatan politik yang bersih dan didasari oleh niat tulus untuk melayani, mereka dapat membawa perubahan nyata di Kabupaten Tegal. Meskipun menghadapi tantangan besar, mereka yakin bahwa visi mereka untuk mewujudkan Kabupaten Tegal yang lebih maju dan sejahtera dapat tercapai dengan dukungan masyarakat.

Baca Juga